Jumat, 26 September 2014

THE HISTORY


Republik Turki, dalam bahasa Turki yaitu Türkiye Cumhuriyeti, disebut Türkiye karena merupakan sebuah negara yang besar yang terletak di kawasan Eurasia (Asia dan Eropa). Wilayahnya terbentang dari Semenanjung Anatolia di Asia Barat Daya dan daerah Balkan di Eropa Tenggara. Turki berbatasan dengan Laut Hitam di sebelah utara, Bulgaria di sebelah barat laut, Yunani dan Laut Aegea di sebelah barat, Georgia di timur laut, Armenia, Azerbaijan, dan Iran di sebelah timur, dan Irak dan Suriah di tenggara dan Laut Mediterania di sebelah selatan. Laut Marmara yang merupakan bagian dari Turki digunakan untuk menandai batas wilayah Eropa dan Asia, sehingga Turki dikenal sebagai negara transkontinental.

Bangsa Turki mulai bermigrasi ke daerah yang dinamakan Turki pada abad ke-11. Proses migrasi ini semakin dipercepat setelah kemenangan Seljuk melawan Kekaisaran Bizantium pada pertempuran Manzikert. Beberapa Beylik (Emirat Turki) dan Kesultanan Seljuk Rûm memerintah Anatolia sampai dengan invasi Kekaisaran Mongol. Mulai abad ke-13, beylik-beylik Ottoman menyatukan Anatolia dan membentuk kekaisaran yang daerahnya merambah kebanyakan Eropa Tenggara, Asia Barat, dan Afrika Utara. Setelah Kekaisaran Utsmaniyah runtuh setelah kalah pada Perang Dunia I, sebagian wilayahnya diduduki oleh para sekutu yang memenangi PD I. Mustafa Kemal Atatürk kemudian mengorganisasikan gerakan perlawanan melawan Sekutu. Pada tahun 1923, gerakan perlawanan ini berhasil mendirikan Republik Turki Modern dengan Atatürk menjabat sebagai presiden pertamanya.

Turkish Flag
Ibu kota Turki berada di Ankara namun kota terpenting dan terbesar adalah Istanbul. Disebabkan oleh lokasinya yang strategis di persilangan dua benua, budaya Turki merupakan campuran budaya Timur dan Barat yang unik yang sering diperkenalkan sebagai jembatan antara dua buah peradaban. Dengan adanya kawasan yang kuat dari Adriatik ke Tiongkok dalam jalur tanah di antara Rusia dan India, Turki telah memperoleh kepentingan strategis yang semakin tumbuh.

Turki adalah sebuah republik konstitusional yang demokratis, sekuler, dan bersatu. Turki telah berangsur-angsur bergabung dengan Barat sementara di saat yang sama menjalin hubungan dengan dunia Timur. Negara ini merupakan salah satu anggota pendiri PBB, Organisasi Konferensi Islam (OKI), OECD, dan OSCE, serta negara anggota Dewan Eropa sejak tahun 1949, dan NATO sejak tahun 1952. Sejak tahun 2005, Turki adalah satu-satunya negara Islam pertama yang berunding menyertai Uni Eropa, setelah merupakan anggota koalisi sejak tahun 1963. Turki juga merupakan anggota negara industri G20 yang mempertemukan 20 buah ekonomi yang terbesar di dunia.

Secara Etimologi

Nama Turki atau Türkiye dalam bahasa Turki terdiri dari dua komponen, yaitu : etnonim Türk dan akhiran abstrak –iye yang berarti "pemilik", "tanah" (berasal dari akhiran dalam bahasa Arab –iyya yang serupa dengan akhiran –ia dalam bahasa Yunani dan Latin). Catatan awal istilah "Türk" atau "Türük" sebagai autonim terdapat dalam tulisan-tulisan Orkhon oleh kaum Göktürk (Turki Samawi) dari Asia Tengah (abad ke-8 M). Tu–kin dijadikan bukti pada awal tahun 177 SM sebagai nama pemberian bangsa Cina kepada penduduk di wilayah selatan Pegunungan Altai di Asia Tengah. Nama Indonesia "Turki" berasal dari bahasa Latin Pertengahan iaitu Turchia (1369). Nama ini berkerabat dekat dengan Tourkia dalam bahasa Yunani, yang awalnya digunakan oleh bangsa Bizantium untuk menyebut Hungaria pada abad pertengahan (karena bangsa Hungaria dan Turki mempunyai leluhur yang sama) tetapi kemudian mereka mulai menggunakan nama ini untuk menamai wilayah hasil penaklukkan Seljuk di Anatolia, ratusan tahun setelah Pertempuran Manzikert pada tahun 1071.

Simply History
Gerbang Singa Hattusa, ibu kota Kerajaan Het
Semenanjung Anatolia adalah salah satu wilayah berpenduduk yang tertua di dunia. Berbagai populasi Anatolia kuno menetap di Anatolia, dimulai pada periode Neolitikum hingga ditaklukkan oleh Alexander Agung. Bahasa yang digunakan adalah bahasa Anatolia, cabang bahasa dari rumpun bahasa Indo-Eropa. Bahkan, para peneliti telah mengusulkan Anatolia sebagai pusat hipotesis, di mana bahasa Indo-Eropa menyebar. Bagian wilayah Turki di Eropa disebut Trakia Timur. Wilayah ini tidak berpenduduk sejak empat ribu tahun yang lalu, dan memasuki masa Neolithikum sekitar tahun 6000 SM dengan penduduknya yang mulai bercocok tanam.

Göbekli Tepe adalah sebuah situs yang dikenal sebagai struktur tempat suci tertua yang dibuat oleh manusia sekitar 10.000 SM, sementara Çatalhöyük yang merupakan pemukiman Neolitikum dan Kalkolitikum di Anatolia selatan, sekitar tahun 7500 SM sampai 5700 SM. Pada Juli 2012, kedua situs ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO. Pemukiman di Troya dimulai pada Zaman Neolitikum dan terus berlanjut sampai Zaman Besi.

Catatan penduduk Anatolia yang paling awal adalah Bangsa Hatti dan Bangsa Huri, bangsa-bangsa non-Indo-Eropa yang dihuni Anatolia tengah dan timur, masing-masing pada awal 2300 SM. Bangsa Het datang ke Anatolia pada tahun 2000-1700 SM. Kerajaan besar pertama di daerah tersebut didirikan oleh bangsa Het, dari abad kedelapan belas hingga abad ke-13 SM. Asiria menaklukkan wilayah bagian tenggara Turki dan menetap di sana pada awal 1950 SM sampai tahun 612 SM.

Setelah runtuhnya kerajaan Het pada tahun 1180 SM, Kerajaan Frigia berkuasa di Anatolia sampai kerajaan mereka dihancurkan oleh Suku Kimmeri pada abad ke-7 SM.
 
Antikuitas dan Periode Bizantium

Pada awalnya berfungsi sebagai gereja, lalu berubah menjadi masjid, dan kemudian berubah lagi menjadi museum hingga sekarang.  Hagia Sophia dibangun pada masa Kekaisaran Bizantium
Sekitar tahun 1200 SM, pantai Anatolia dikuasai oleh suku Aiolia dan suku Ionia Yunani. Banyak kota-kota penting yang didirikan, seperti Miletos, Ephesos, Smirna, dan Bizantium, dan yang terakhir didirikan adalah Megara pada tahun 657 SM. Negara pertama yang disebut Armenia oleh wilayah lain adalah negara dinasti Orontid Armenia, yang termasuk bagian dari Turki timur yang dimulai pada abad ke-6 SM. Di Turki barat daya, kelompok suku yang paling berpengaruh di Trakia adalah suku Odyrisia, yang didirikan oleh Teres I.

Anatolia ditaklukkan oleh Kekaisaran Akhemeniyah dari Persia selama abad ke-6 dan ke-5 SM lalu kemudian jatuh ke tangan Aleksander Agung pada tahun 334 SM, yang menyebabkan meningkatnya homogenitas kebudayaan dan Helenisasi di wilayah tersebut. Setelah kematian Aleksander pada tahun 323 SM, Anatolia kemudian dibagi menjadi beberapa kerajaan Helenistik, yang semuanya menjadi bagian dari Republik Romawi pada pertengahan abad ke-1 SM. Proses Helenisasi yang dimulai dengan penaklukan Aleksander dipercepat saat berada di bawah kekuasaan Romawi, sehingga pada awal abad Masehi bahasa Anatolia dan budaya setempat telah punah digantikan oleh bahasa Yunani.

Pada tahun 324, Konstantinus I memilih Bizantium menjadi ibu kota baru Kekaisaran Romawi, kemudian diubah menjadi Roma Baru. Setelah kematian Theodosius I pada tahun 395 dan pembagian permanen Kekaisaran Romawi antara kedua putranya, Konstantinopel menjadi ibu kota Kekaisaran Bizantium, yang akan memerintah sebagian besar wilayah Turki sampai Akhir Abad Pertengahan.
 
Seljuk dan Kesultanan Utsmaniyah

Dinasti Seljuk adalah cabang dari Kinik Oğuz Turki yang tinggal di Khagan Yabghu wilayah persekutuan Oğuz, sebelah utara Laut Kaspia dan Laut Aral, pada abad ke-9. Pada abad ke-10, bangsa Seljuk mulai bermigrasi dari tanah air leluhur mereka ke Persia, yang menjadi awal dari Kesultanan Seljuk Raya.

Pada paruh kedua abad ke-11, Seljuk mulai menembus ke wilayah timur Anatolia. Pada 1071, Seljuk Turk mengalahkan Bizantium dalam Pertempuran Manzikert, sekaligus dimulainya Turkifikasi di wilayah tersebut, bahasa Turki dan Islam diperkenalkan ke Anatolia secara bertahap menyebar dan transisi yang lambat dari Anatolia yang didominasi Kristen dan berbahasa Yunani menjadi didominasi Muslim dan berbahasa Turki yang terus berlangsung.

Pada tahun 1243, tentara Seljuk dikalahkan oleh bangsa Mongol, menyebabkan kekuatan Dinasti Seljuk perlahan-lahan hancur. Salah satu beylik yang diperintah oleh Osman I kelak selama 200 tahun ke depan akan mengembangkannya menjadi Kesultanan Utsmaniyah, serta memperluas wilayah ke seluruh Anatolia, Balkan, Levant dan Afrika Utara. Pada tahun 1453, Kekaisaran Utsmaniyah menaklukkan Kekaisaran Bizantium dengan menguasai ibu kotanya, Konstantinopel.

Pada tahun 1514, Sultan Selim I (1512-1520) berhasil memperluas wilayah perbatasan selatan dan timur dengan mengalahkan Shah Ismail I dari dinasti Safawiyah dalam Pertempuran Chaldiran. Pada 1517, Selim I memperluas pemerintahan Ottoman ke Aljazair dan Mesir, dan menciptakan angkatan laut di Laut Merah. Selanjutnya, persaingan dimulai antara pihak Utsmaniyah dan kerajaan Portugis untuk menjadi kekuatan laut yang dominan di Samudra Hindia, dengan berbagai pertempuran angkatan laut di Laut Merah, Laut Arab dan Teluk Persia. Kehadiran Portugis di Samudera Hindia itu dianggap sebagai ancaman bagi monopoli Utsmaniyah atas rute perdagangan kuno antara Asia Timur dan Eropa Barat (dikenal dengan nama Jalan Sutera). Monopoli ini semakin terganggu menyusul penemuan Tanjung Harapan oleh penjelajah Portugis Bartolomeu Dias pada tahun 1488, yang berdampak cukup besar terhadap perekonomian Utsmaniyah.

Kekuasaan Kesultanan Utsmaniyah dan prestisi mencapai puncaknya pada abad ke-16 dan ke-17, khususnya selama pemerintahan Suleiman I. Kesultanan ini sering berseteru dengan Kekaisaran Romawi Suci. Di laut, Angkatan Laut Utsmaniyah berseteru dengan beberapa Liga Kudus (saat itu terdiri dari Habsburg Spanyol, Republik Genoa, Republik Venesia, Knights of St John, Negara-negara Kepausan, Grand Duchy of Tuscany dan Kadipaten Savoy) untuk mengendalikannya dari Laut Mediterania. Di timur, Utsmaniyah yang kadang-kadang berperang dengan pihak Safawiyah Persia atas konflik yang timbul dari sengketa teritorial atau perbedaan agama antara abad ke-16 dan abad ke-18.

Dimulai pada awal abad ke-19 dan seterusnya, Kesultanan Utsmaniyah mulai melemah. Seperti wilayah, kekuatan militer dan kekayaan yang menurun, bahkan banyak Muslim Balkan yang bermigrasi ke jantung Kekaisaran di Anatolia, bersama dengan bangsa Sirkassia yang melarikan diri dari penaklukan Rusia di Kaukasus. Melemahnya Kesultanan Utsmaniyah menyebabkan meningkatnya sentimen nasionalis di antara masyarakat yang menyebabkan peningkatan ketegangan etnis yang kadang-kadang berubah menjadi kekerasan, seperti pembantaian etnis Hamid.

Kesultanan Utsmaniyah memasuki Perang Dunia I di sisi Blok Sentral dan akhirnya kalah. Selama perang, diperkirakan 1.500.000  warga Armenia dideportasi dan dibunuh saat Genosida Armenia berlangsung. Pemerintah Turki menyangkal bahwa terdapat Genosida Armenia dan mengklaim bahwa Armenia hanya dipindahkan dari zona perang timur.Pembantaian besar-besaran juga dilakukan terhadap kelompok minoritas lainnya seperti bangsa Yunani dan bangsa Assyria.
Setelah Gencatan Senjata Mudros pada tanggal 30 Oktober 1918, kemenangan Blok Sekutu berusaha untuk membagi wilayah Utsmaniyah melalui Persetujuan Sèvres pada tahun 1920. 
 
1st Presiden of Turki

Mustafa Kemal Atatürk, pendiri dan presiden pertama Republik Turki
Pendudukan Konstantinopel dan Smyrna oleh Sekutu pada masa setelah Perang Dunia I mendorong pembentukan Gerakan Nasional Turki. Di bawah kepemimpinan Mustafa Kemal Pasha, seorang komandan militer yang telah membedakan dirinya selama Pertempuran Gallipoli, Perang Kemerdekaan Turki dilancarkan dengan tujuan mencabut ketentuan Persetujuan Sèvres.

Pada 18 September 1922, tentara pendudukan dikalahkan, dan rezim Turki yang berbasis di Ankara, yang menyatakan diri sebagai pemerintah yang sah pada bulan April 1920, mulai meresmikan transisi hukum dari Utsmaniyah yang lama ke sistem politik Republik yang baru. Pada tanggal 1 November, parlemen baru didirikan dan secara resmi menghapuskan sistem Kesultanan, sehingga mengakhiri 623 tahun pemerintahan Utsmaniyah. Perjanjian Lausanne tanggal 24 Juli 1923 mendapat pengakuan internasional terhadap kedaulatan negara "Republik Turki" yang baru dibentuk sebagai negara penerus dari Kesultanan Utsmaniyah, dan secara resmi dinyatakan pada tanggal 29 Oktober 1923 di Ankara, ibu kota Turki yang baru. Perjanjian Lausanne menetetapkan adanya pertukaran populasi antara Yunani dan Turki, dimana 1,1 juta orang Yunani meninggalkan Turki menuju Yunani dan 380.000 umat Muslim dipindahkan dari Yunani ke Turki.

Mustafa Kemal menjadi Presiden pertama dan kemudian melakukan banyak reformasi radikal dengan tujuan mengubah negara Utsmaniyah-Turki menjadi republik sekuler baru. Dengan adanya UU Pemberian Julukan tahun 1934, Parlemen Turki memberikan gelar Atatürk (Bapak Bangsa Turki) kepada Mustafa Kemal.

Turki tetap netral selama Perang Dunia II, namun masuk pada saat akhir perang di pihak Sekutu pada tanggal 23 Februari 1945. Pada tanggal 26 Juni 1945, Turki menjadi anggota piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. Setelah perang, Yunani menghadapi kesulitan dalam mengatasi pemberontakan komunis, bersamaan dengan tuntutan Uni Soviet untuk membangun pangkalan militer di Selat Turki. Hal itu mendorong Amerika Serikat untuk menyatakan Doktrin Truman pada tahun 1947, untuk menjamin keamanan Turki dan Yunani. Yunani dan Turki tergabung dalam Rencana Marshall dan OEEC untuk membangun kembali ekonomi Eropa pada tahun 1948, dan kemudian menjadi anggota pendiri OECD pada tahun 1961.

Setelah ikut serta dengan pasukan PBB dalam Perang Korea, Turki bergabung dengan NATO pada tahun 1952, dan menjadi benteng untuk melawan ekspansi Soviet ke Mediterania. Setelah satu dekade kekerasan antarkomunitas Siprus dan kudeta di Siprus pada 15 Juli 1974 yang dilakukan organisasi paramiliter EOKA B, untuk menggulingkan Presiden Makarios III dan menerapkan pro-Enosis (persatuan dengan Yunani) dengan Nikos Sampson sebagai diktator, Turki menginvasi Siprus pada tanggal 20 Juli 1974. Sembilan tahun kemudian, Republik Turki Siprus Utara, yang hanya diakui oleh Turki, didirikan. 

Periode sistem satu partai berakhir pada tahun 1945. Hal ini diikuti oleh transisi menjadi demokrasi multipartai selama beberapa dekade mendatang, yang terganggu oleh kudeta militer ​​pada tahun 1960, 1971, 1980 dan 1997. Pada tahun 1984, kelompok separatis Kurdi (PKK) memulai kampanye perlawanan terhadap pemerintah Turki, yang sampai saat ini telah merenggut lebih dari 40.000 jiwa. Namun, proses perdamaian sedang berlangsung. Sejak liberalisasi ekonomi Turki selama tahun 1980, negara ini telah mengalami pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik yang kuat. Pada tahun 2013, sejumlah protes terjadi di banyak provinsi di Turki, yang dipicu oleh rencana untuk menghancurkan Taman Taksim Gezi.

Provinsi

Turki dibagi menjadi 81 provinsi :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar